SEJARAH ISLAM DI SINGAPURA

                               SEJARAH ISLAM DI SINGAPURA
Bicara tentang sejarah islam di singapura, Tentu kita terlebih dahulu harus mengenal negara singapura ini,karena negara ini juga merupakan salah satu negara asia tenggara yang menganut agama islam walau pun tidak secara menyeluruh, namun alangkah baik nya jika kita mengenal negara singapura ini,setelah itu baru kita membahas tentang sejarah islam di singapura ini yang tak kalah menarik nya dari negara-negara lain.
Singapura adalah negara kota yang kecil dengan luas 620 Km. Bahasa resmi dari Singapura adalah bahasa Inggris. Singapura berdiri pada tanggal 9 Agustus 1965 atau keluar dari Negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham “Secular Moderen”  dimana pemerintah bersikap netral terhadap semua agama dan ras. Karna itulah Singapura memiliki penduduk dari berbagai ras dan penganut berbagai agama. Singapura adalah sebuah Negara Republik dengan system pemerintahan parlementer. Dalam UUD Negara ini terdiri dari Eksekutuf, Legislatif dan Yudikatif. Presiden adalah sebagai kepala Negara, tetapi tidak memiliki kekuatan politik. Sedangkan perdana Menteri adalah pemimpin cabinet dan adminitrasi pemerintahan sehingga otomatis kekuatan politik di pegang penuh oleh perdana Mentri.
Memiliki penduduk dari berbagai ras dan penganut berbagai agama. Penduduknya berjumlah 4.425.720 jiwa. Hampir 77 persen warga singapura adalah China, dengan minoritas suku Melayu, yaitu 14 persen dari seluruh total. Berikutnya di susul oleh India, Pakistan dan Arab. Penduduk muslimnya hanya berjumlah 15% dari jumlah seluruh penduduk, yang mana 13,9 % diantara memeluk Islam itu adalah etnis Melayu, dan lainnya berasal dari Pakistan, India, dan Arab. Sisanya terdiri dari 61% penganut Budha, Taoism, dan Kong Hu Cu, 14,6% Kristen, 4% Hindu, dan lain-lain sisanya. Sebagian besar etnis Melayu menganut mazhab Sunni, muslim yang berasal dari timur tenggah dan Afrika menganut mazhab Maliki, Muslim India dan Turki menganut mazhab Hanafi, sementara Muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hanbali.
                Bicara tentang sejarah islam di singapura ini juga tidak kalah menarik nya dari negara-negara lain.
Singapura dikelilingi oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia, Singapura selalu sensitif dalam mengelola hubungan etnis dan agamanya. Pemerintahan memperlihatkan reputasi yang sangat baik dalam pemerintahan. Singapura adalah sebuah masyarakat yang kaya, dan berfungsi sebagai tranportasi utama dan offshore-finance hub bagi Asia Tenggara.
Dalam perjalanan sejarahnya, Sejarah islam di Singapura menjadi satu diantara pusat Islam paling penting di Asia Tenggara. Hal itu disebabkan oleh keunggulan sebagai pintu masuk bagi perdagangan Internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia dan Timur Jauh. Selain sebagai transit perdagangan, posisinya yang strategis juga telah memungkinkannya menjadi pusat Informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik pada masa kesultanan Malaka, masa kolonial, sampai pada awal abad ke 20. Dengan demikian jelas lah bahwa Singapura memiliki peranan penting dalam penyebaran islam dalam Asia Tenggara. Peran pentinting tersebut berlahan–lahan berakhir ketika kekuasaan kolonial semakin kokoh, dan terus berlanjut, ketika pada akhirnya Singapura memisahkan diri dari negara federasi Malaysia dan menjadi negara repoblik yang merdeka pada tahun 1965, umat islam menjadi minoritas, selanjutnya komonitas Muslim yang sebagian besar besar adalah bangsa melayu menepati kelas dua di bawah etnis China.
2.      Fase Awal Islam di Singapura
Sejauh sejarah yang di dapat, Singapura telah dihuni pada masa prasejarah. Pada tahun 1100-an Singgapura telah d jadikan kota pelabuhan dan pada tahun 1200-1300 pelabuhan Singapura telah menjadi pusat perdagangan. Sebelum menjadi Singapura, wilayah tersebut lebih di kenal dengan nama “Tumasik” (Jawa) atau “Tumasek” (China) yang berarti kota pantai.
Menurut sejarahnya, nama Singapur baru di perkenalan oleh Sang Nila Utama yang bergelar Sri Tan Buana yang sedang berlayar dan terdampar di tumasik. Ditempat baru tersebur Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh yang mirip dengan Singa. Hal ini diyakini sebagai tanda baik, sehingga Sri Tan Buana serta rombongannya menetap dan membangun wilayah tersebut, dan menamai wilayah Tumasik dengan “Singapura”. Istilah tersebut diambil dari bahasa sangsakerta : singa, berarti singa binatang buas, dan Pura yang berarti : kota. Dengan demikian, Singgapura berarti kota Singa.
Mengenai kapan islam masuk ke Singapura sulit di jelaskan karna dahulunya kita tau bahwa Singapura ini adalah bagian dari Malaysia. juga tidak ditemukan data otentik yang dapat dijadikan acuan.
Pada akhir abad ke-13 wilayah Singapura menjadi wilayah kekuasaan Malaka. Hal ini berawal ketika singapura dikuasai oleh raja Paramesara penguasa baru Tumasik ini dikemudian hari diserang oleh armada Maja Pahit, dan terdesak ke Malaka, pada saat itu Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting di kawasan ini, bahkan dapat di sebut sebagai pusat perdagangan di Asia. Olah karenanya Malaka juga berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam di Asia Tanggara.
Pada abad ke-15 pedagang muslim menjadi unsur penting dalam perdagangan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa dari para pedagang yang berdagang kesana mareka menetap dan bahkan menikahi wanita-wanita yang ada di sana, sehingga terjadilah sebuah keluarga yang berkembang makin waktu kewaktu terus berkembang. Ada juga dari para pedagang Arab yang membawa istri dan anak-anaknya tinggal bermukim di sana. Bagi yang belum membawa keluarga setelah dapat ongkos mereka baru membawa keluarganya. Orang Arab yang berdagang ke sana memamfaatkan keuntungngan mereka dengan berbuat amal kebaikan, membangun mesjid, membantu houspital, serta menganjurkan pertemuan pada tanggal penting islam. Lama kelamaan mereka membentuk komonitas sendiri.
Dalam komonitas ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800-an kampung Glam, dan kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini guru-guru dan imam mereka sangat berpengaruh, terutama dalam mempraktekkan agama dan upacara-upacara sosial keagamaan. Dengan demikian guru-guru dan imam sngat penting pernannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada manyarakat muslim Singapura. Muslim Singapura pada masa awal mamakaiMazhab Syafi’i dan berfaham teologi Asy’ariyah.
3.       Islam Fase Kolonialisme
Pada tahun 1511 Malaka jatuh ditangan Portugis yang diikuti oleh kemunduran para sultan Malaka ke Selat Johor merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah Singapura. Selama 130 tahun kolonialisasi Portugis di Malaka yang tercatat sekjak tahun 1511, kebijakan kolonial tampak cenderung mencegah penyebaran Islam dan menghambat perkembangan dagang Muslim. Meskipun demikian, portugis gagal dalam masalah ini, terutama karena Melayu Muslim terus-terusan berupaya melawan kolonialisasi Portugis. Perlawanan yang gencar inilah yang menyebabkan Belanda ketika mengalahkan Portugis pada tahun 1641 mentolerir kekuasaan para penguasa Melayu tradisional yang pada saat itu terpecah akkibat persaingan antar negeri.
Selanjutnya, Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris. Pendudukan inggris di Singapura tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian di anggkat sebagai bapak pendiri Singapura. Raffles berhasil menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas dan pasar Internasional di Asia Tenggara. Kota ini juga menjelma sebagai kota transit jalur pergdagangan antara India dengan China, serta menjadi pintu masuk bagi kawasan Asia Tenggara.
Dalam merebut Singapura dan merawat daerah jajahannya yang masih muda ini, Raffles banyak d bantu oleh kolonel Wiliiam Farquhar, yang menjabat sebagai Residen Malaka sejak 1803-1818. Pada tanggal 29 Januari 1819, Raflles dan Farquhar mendarat si Muara Sungai Singapura dan bertemu dengan tumenggung Abdurrahman, untuk menandatangani perundingan. Pada tangga l 6 Februari 1819, Tumenggung dan Sultan Husein dari Johor telah menandatangani sebuah persetujuan pendirian basis dagang bagi East India Company. Perjanjian berikutnya ditandatangani pada tahun 1824, yang berisi pernyataan bahwa East India Company dan pewarisnya memiliki hak yang kekal atas Singapura dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singaputa.
Demikian lah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang berdampak sangat besar bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi perjalanan Islam dalam Masyarakat Melayu. Apa yang dimulai tidakhanya dengan campur tangan tak langsung, akan tetapi juga mengarah pada bentuk investasi lebih langsung ke wilayah-wilayah yang secara tradisionan merupakan domain (wilayah kekuasaan) sultan-sultan Melayu termasuk Islam. Kendatipun kebijakan inggris lebih simpatik-bils dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan Belanda-namun peranan mereka tidak hanya sekedar memberikan nasihat, akan tetapi nasehat tersebut harus dilaksanakan.
Sejauh menyangkut perkembangan Islam di Singapura, beberapa kebijakan Inggris berdampak cukup besar terhadap islam. Diantaranya adalah kebijakan Inggris tentang masyarakat Pluralis (majemuk). Karena kepentingan-kepentingan Inggris terhadap wilayah jajahan baru tersebut, khususnya dalam pengadaan tenaga kerja, makadikeluarkan kebijakan ‘pintu terbuka’. Artinya demi kelancaran ekonomi Singapura, kolonial mendatangkan sejumblah tenaga kerja dari Cina dan India. Kebijakan tersebut menyebabkan pluralitas masyarakat yang terdiri dari bukan saja etnis melayu, tetapi juga etnis Cina dan India yang tidak terintegrasi ke dalam mainstream (arus utama) lingkungan pribumi. Sebagai akibatnya, orang Cina, India dan Melayu membiarkan diri mereka berada di kantong-kantong etnis mereka sendiri., seperti tempat tinggal, jenis pekerjaan, jenis pendidikan maupun agama. Imigrasi besar-besaran terutama keturunan Cina yang didukung oleh Inggris telah membantu eksploitasi ekonomi dinegeri itu. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah bahwa selain imigrasi dari etnis Cina dan India, pihak colonial juga membawa para misionaris Kristen dari Inggris yang berupaya untuk menarik minat kaum pribumi masuk kedalam agama Kristen.
Imigrasi yang tidak dibatasi ini selain membawa dampak pada aspek ekonomi juga membawa dampak pada aspek politik. Bangsa Melayu Muslim yang semula menjadi mayoritas di Singgapura sekitar tahun 1830-an akibat imigrasi besar-besaran telah menjadi minoritas. Dampak lebih jauh adalah semakin minimnya elite Muslim yang berkuasa. Ini menyebabkan posisi tawar menawar kaum muslim terhadap pemerintah menjadi lemah.
Pada abat ke-19 di kalangan komonitas Islam di Singapura juga terdapat kelompok pendatang yang berasal dari jawa, sumatera, sulawesi, dan bawean serta kelompok imigran yang berasal dari luar seperti Muslim India, dan keturunan Arab khususnya Hadramaut (Sharon Shiddiq, 1988: 389)
Kedatang imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di selat Malaka. Mudahnya terjadi imigrasi besar-besaran seperti ini bisa di fahami. Karena sebelum kemerdekaan hubungan antara masyarakat dari berbagai belahan dunia sangat cair (fluid). Secara demografis sangat mudah sekali terjadi perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainya, atau sekedar berkunjung dari satu kesultanan ke kesultanan lainya. Hal ini mudah terjadi karena seseorang tidak harus direpotkan oleh aturan-aturan kewarganegaraan. Untuks konteks Singapura abad ke-19 hal ini telah menjadikan Singapura selain sebagai sentra ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dakwah islam.
Komonikasi yang terjalin antar tokoh Islam tersebar diberbagai wilayah seperti tokoh tarekat, tokoh reformis atau modernis, menggunakan Singgapura sebagai kota penghubung atau jembatan menuju beberapa daerah yang hendak dikunjungi. Fungsi Singapura ini sebagai kota transit ini menemukan momentumnya takkala jumlah haji semakin meningkat. Karena jumlah haji khususnya berasal dari kawasan Asia Tenggara pergi dan kembali dari mekkah melalui Sinapura. Itulah sebabnya kota mengapakota pelabukan ini menjadi pusat informasi bagi Syiar Islam. Kota ini misalnya, memegang peran penting dalam penyebaran Tatekat Naqsabandiyah di Sumatera.bukan tampa alasan jika Ismail Minangkabawi salah seorang tokoh Tarekat Naqsabandiyah setelah kemnali dari Mekkah memilih Singapura sebagai pangkalan aktivitasnya bukan tempat asalnya Simabur. Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwapada abad ke-19 Tareqat Naqsabandiyah telah berkembang di Singapura dan bahkan menjadikan kota ini sebagai pusat komonikasi dan kegiatannya.
Selain Tarekat Naqsabandiah di Singapura juga berkembang Tarekat Muhammadiyah. Pendidikan Shyeih Muhammad Suhaimi bin Abdullah memilih Singapura sebagai tempat tinggalnya selama 40 tahun. Setelah beliau meninggal tarekat ini di sebarkan oleh anak cucunya dan para hkhalifah yang telah dilantik oleh syeih Suhaimi sendiri. Tarekat ini kemudian menjadi terkenal di tangan Ustad Ashari bin Muhammad pendiri dan pemimpin darul Arqam. Sejauh menyangkut penyebaran syiar islam, singapura juga berperan sebagai pusat informasi bagi kaum reformis.
Islam di Singapura juga disyarkan oleh para ulama dari berbagai bangsa belahan  Asia Tenggara dan benua kecil India yang berdagang ke sana. Seperti Syaikh Ahmad Haminuddun (Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh), syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi), Syaikh HabibAli Habsi (Kwitang, Jakarta), Syaikh Anwar Sribandung (Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dan lain-lain.
4.      Komposisi Penduduk (Muslim) Singapura Sampai Tahun 1990-an
Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura relatif stabil semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang mengesankan terjadi pada awal
abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang bersuku Melayu. Sejak tahun1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah 67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 juta orang.
Komposisi penduduknya terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu 14.1%, India 7.1 % dan warga lainnya 1.1% (J.L. Esposito, 1995:76). Sementara itu kalau jumlah penduduk dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%; Islam 15.3%; Kristen 12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique, 1995:1). Dilihat dari komposisi keagamaan, etnis Melayu secara mayoritas merupakan pemeluk agama Islam. Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam. Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600 orang. Dilihat dari segi tingkat pendidikannya adalah: Pendidikan Non-Formal 15.1%; Pendidikan dasar 32.7%; Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 47.3%; Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi  1.4%. Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan Professional 9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru Agama/Profesi Keagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan Nelayan 0.3%; Produksi dan Relasi   57% dan lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-laki dan perempuan adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (Sharon Siddique, 1995:4).  Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990, menurut Sharon Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas Muslim-Melayu Singapura. Telah terjadi peningkatan, misalnya dalam bidang pendidikan: untuk pendidikan tingkat menengah pertama dari 36.4% menjadi 47.3%; pada tingkat menengah atas dari 1.0% menjadi 3.5% dan pada pendidikan tinggi dari 0.2% menjadi 1.4%. Dalam bidang pekerjaan, yang paling menarik adalah menurunnya persentase dalam bidang pertanian (dari 5.3% menjadi 0.3%); sales dan pelayan (dari 27% menjadi14.%), dan menaiknya secara tajam pada bidang produksi (43% menjadi 57%). Pergeseran juga terjadi pada kemampuan keahlian etnis Melayu untuk mengikuti perkembangan teknologi tinggi. Karena upah yang lebih tinggi hanya mungkin diperoleh dengan tingkat keahlian dan produktifitas yang tingi. Rata-rata pendapatan keluarga perbulan adalah S$ 2,246 % (Sharon Siddique, 1995:4).
5.      Fase Islam di Negara Singapura Kontenporer
Karena kuatnya perbedaan politik, tahun 1965 Singgapura memisahkan diri dari Malaysia dan menjadi negara repoblik yang merdeka dengan pemerintahan parlementer seperti  negara itu berhasil mendekati pemerintah agar mengesahkan suatu Undang-Undang yang mengatur hukum peersonal dan keluarga Islam. Tepatnya pada Agustus 1966, parlemen Singapura mengeluarkan pengaturan pelaksanaan hukum Islam (Administrationof Muslim Law Act) atau AMLA merupakan penggunaan hukum Islam. Namun demikian, administrasi ini bukanlah hukum islam itu sendiri. Akta ini memberikan uang Fleksible bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agam, dan pencatatan Perkawinan Islam dalam menerapkan hukum Syari’at.
Untuk mengatus administrasi hukum Islam itu, pada tahun 1968 dibentuk pula sebuah badan yang dikenal dengan nama Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), sebagai sebuah badan hukum untuk menjadi penasehat presiden singapura dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. MUIS yang didirikan dibawah ketentuan AMLA antra lain berwenang untuk mengatur administrasi hukum Islam di Singapura, seperti mengumpulkan zakat maal dan zakat fitrah, pengaturan perjalanan ibadah haji, mengorganisir sekolah-sekolah agama, mengelola masjid serta memfungsikan sebagai tempat untuk dakwah dan kegiatan masyarakatmuslim lainya, serta memfungsikannya sebagai tempat untuk dakwah dan kegiatan masyarakat muslim lainya, serta pemberian beasiswa bagi pelajar Muslim. Di samping itu Majelis Ugama ini juga berwenang untuk mengeluarkan fatwa.
Di negara Singapura yang maju, masyarakat Muslim kebnyakan hidup dengan standar ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan saudara senegaranya yang non-Muslim. Pada tahun 1980 tercatat hanya 679 orang Melayu yang berprediket sarjana.
Menyadari kelemahan dan kekurangan pada bidang pendidikan formal agama Islam di satu sisi, dan kebutuhan Muslim Singapura untuk meningkatkan standar hidup melalui pendidikan di sisi lain, maka pada bulan agustus 1981, dibentuklah sebuah Majelis Pendidikan Anak-Anak Islam (MENDAKI). MENDAKI menerima dukungan dan  bantuan keuangan dari pemerintah. Badan ini di tumbuhkan pada tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen Melayu-islam untuk mengatasi kemerosotan orang Melayu, seperti yang di perliatkan pada tahun 1980. dalam tujuh tahun pertama, mendaki sangat perhatian terhadap soal pendidikan. Ia mengadakan kelas bimbingan setiap menggu dan nasehat kepada pelajar dan kkeluaga mereka. MENDAKI tidak perlu berjaya, kelembapannya kaadang-kadang mejadi kritikan.
Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura, untuk memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya dan usaha. Dengan komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya atau yang punya kekayaan untuk membantu saudaranya yang kurang mampu,komitmen dukungan masyarakat terhadap rancangan MENDAKI, komitmen pemerintah sebagai bukti anda mau bekerja sama mencapai aspirasi masyarakat anda.” Para peserta seminar dari berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau. Mereka menyokong MENDAKI agar meluaskan kegiatan serta menyususn semula rancangan-rancangannya dengaan menawarkan lebih banyak program pedidikan. Di sampang mengajukan kegiatan sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan orang melayu-islam dalam pendidikan adalah di sebabkan oleh Mendaki. Program terkemuka adalah bimbingan pada akhir minggu. Kelas-kelas utamanya semula pada Februari 1980 degnan 60 orang pelajar kelas “A”, menghadiri kelas setiap hari Ahad di mesjid AL-Anshar di Chai Chee dan mesjid Al-muttaqin di Ang Mo Kio.
  MENDAKI mengendalikan lebih dari 10.000 orang pelajar di 14 pusat. Rata-rata berumaur sekitar sembilan hingga delapan belas tahun. Para pelajar manghabiskan petang sabtu atau pagi ahad mendalami pelajaran yang di peroleh dari sekolah. Ada juga program-program khusus, seperti kelas matematik lanjutan dan kelas bahasa inggrais yang intensif untuk pelajar yang sederhana kebolehannya. Dua lagi projek utama merupakan bagian dari strategi pengayaan untuk semua MENDAKI, yaitu untuk pelajar pandai dan untuk pelajar yang pencapaiannya di bawah standar.
   Kegiatan lain MENDAKI adalahn kelas-kelas computer, ceramah tentang orang tua yang baik, bengkel membaca, kemah-kemah cuti sekolah, anugrah dan beayasiswa. Dia juga memberi pinjaman tampa angsuran. Bagi pihak pemerintah, MENDAKI menguruskan subsidi iyuran pendidikan tinggi bagi orang melayu, satu proyek yang membolehkan orang melayu yang membolehkan pendidikan gratis di peringkat perguruan tinggi.
 Proyek utama MENDAKI dalam bidang sosial dan kebajikan adalah mendirikan pusat pelayanan keluaga dengan kerjasama persatuan pemudi islam singapura (PPIS). Dalam bidang ekonomi, MENDAKI mencatat perkembangan besar mmelalui amanah salam mendaki (ASM), sebuah tabung bagi masayarakat islam. MENDAKI juga telah memasuki bidang memberi latihan kepada pekerja islam dan kepada pekerja sama denga Lembaga Penghasil Negara (NPB) Untuk tujuan ini. Para penyokong MENDAKI sadar bahwa banyak keberhasilan yang telah di capai. Yang lain juga merasa banyak lagi yang boleh di lakukan. berawal perdebatan ini, lahir sebuah badan yang hampirsama tujuannya yaitu angkatan kariawan islam (AMP). Parapenggerak utamanya ialah sekumpualan kariawan islam yang muda bekas pemimpin pelajar yang aktif takkala di universitas dulu. Setelah memantapkan kerja dan keluarga masing-masing, mereka merasa masyarakat memerlukan komitmen mereka.
 Kerap di anggap pesaing MENDAKI, AMP dengan segera menyiapkan pelbagai rancangan dari pada bersifat pendidikan kepada konseling untuk keluarga serta individu dan program-program latihan bagi para pekerja. Pada awal tahun 1994, AMP mendirikan pusat latihan untuk meningkatkan kemahiran pekerja melayu islam. Dan kemajuan kemahiran pemerintah telah menyumbang lebih $2 juta dalam usia ini. Dalam masa tiga tahun akan datang kira-kira 6,600 orang pekerja islam akan menjalani latihan. AMP juga giat dalam usaha niaga, ia mendirikan sarikat pemegangan untuk kegiatan perdagangan dan pembangunan di rantau ini. 
''SEMOGA BERMANFAAT BAGI KAWAN-KAWAN SEMUA ''
Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia. Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat, peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran. Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya. Singapura dan Masuknya Islam Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia. Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar. Minoritas Umat Islam Singapura Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain. Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000 India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal. Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional. Gerakan Keislaman di Singapura Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya. Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jama'ah se tahunnya. Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam. Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya. Model Pendidikan Islam di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk keseluruhan). Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman. Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan LSM Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Perkembangan Islam di Singapura RATIH AYUNING CHINTYA/S/EA Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia. Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat, peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran. Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya. Singapura dan Masuknya Islam Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia. Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar. Minoritas Umat Islam Singapura Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain. Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000 India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal. Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional. Gerakan Keislaman di Singapura Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya. Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jama'ah se tahunnya. Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam. Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya. Model Pendidikan Islam di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk keseluruhan). Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman. Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan LSM Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Perkembangan Islam di Singapura RATIH AYUNING CHINTYA/S/EA Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia. Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat, peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran. Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya. Singapura dan Masuknya Islam Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia. Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar. Minoritas Umat Islam Singapura Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain. Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000 India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal. Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional. Gerakan Keislaman di Singapura Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya. Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jama'ah se tahunnya. Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam. Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya. Model Pendidikan Islam di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk keseluruhan). Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman. Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan LSM Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Perkembangan Islam di Singapura RATIH AYUNING CHINTYA/S/EA Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia. Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat, peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran. Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya. Singapura dan Masuknya Islam Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara. Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun 1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura lepas dari Malaysia. Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun 1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W. Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun 1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar. Minoritas Umat Islam Singapura Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun 1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain. Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada 1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000 India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal. Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional. Gerakan Keislaman di Singapura Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam. Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu, organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum. Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf (Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982. Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP) yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan kultular dan agamanya. Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar seribu jama'ah se tahunnya. Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia, Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam. Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita ambil hikmahnya. Model Pendidikan Islam di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia. Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini, sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak. Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk keseluruhan). Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan zaman. Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan LSM Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

3 comments :

  1. Nama saya Rahma Henny dari Ajman di Dubai UAE, saya adalah korban penipuan di tangan pemberi pinjaman, saya ditipu $ 3.000 karena saya membutuhkan pinjaman $ 90.000 untuk modal usaha dan hutang. Saya frustrasi saya tidak punya tempat untuk pergi, dan bisnis saya hancur dalam proses.

    Itu semua terjadi pada bulan Maret 2019, sampai saya bertemu orang-orang daring yang bersaksi tentang pemberi pinjaman nyata Mrs. GRACE ALEXANDER jadi saya mengajukan pertanyaan dan dia memperkenalkan saya kepada seorang ibu GRACE yang baik yang akhirnya membantu saya mendapatkan pinjaman tanpa jaminan $ 90.000 dengan suku bunga rendah. di perusahaan pinjaman GRACE ALEXANDER.

    Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Ny. Grace, semoga Tuhan terus memberkati Anda, Ibu Grace atas kejujuran dan perbuatan baik Anda.

    Jika Anda membutuhkan pinjaman atau pinjaman tanpa jaminan, segera hubungi ibu Grace dengan mengirim email ke (gracealexanderloancompany@gmail.com)

    Anda juga dapat menghubungi saya melalui rahmahenny45@gmail.com

    ReplyDelete
  2. Nama saya Rahma Henny dari Ajman di Dubai UAE, saya adalah korban penipuan di tangan pemberi pinjaman, saya ditipu $ 3.000 karena saya membutuhkan pinjaman $ 90.000 untuk modal usaha dan hutang. Saya frustrasi saya tidak punya tempat untuk pergi, dan bisnis saya hancur dalam proses.

    Itu semua terjadi pada bulan Maret 2019, sampai saya bertemu orang-orang daring yang bersaksi tentang pemberi pinjaman nyata Mrs. GRACE ALEXANDER jadi saya mengajukan pertanyaan dan dia memperkenalkan saya kepada seorang ibu GRACE yang baik yang akhirnya membantu saya mendapatkan pinjaman tanpa jaminan $ 90.000 dengan suku bunga rendah. di perusahaan pinjaman GRACE ALEXANDER.

    Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Ny. Grace, semoga Tuhan terus memberkati Anda, Ibu Grace atas kejujuran dan perbuatan baik Anda.

    Jika Anda membutuhkan pinjaman atau pinjaman tanpa jaminan, segera hubungi ibu Grace dengan mengirim email ke (gracealexanderloancompany@gmail.com)

    Anda juga dapat menghubungi saya melalui rahmahenny45@gmail.com

    ReplyDelete

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates