SEJARAH ISLAM DI SINGAPURA
Bicara tentang sejarah islam di singapura, Tentu kita terlebih dahulu harus mengenal negara singapura ini,karena negara ini juga merupakan salah satu negara asia tenggara yang menganut agama islam walau pun tidak secara menyeluruh, namun alangkah baik nya jika kita mengenal negara singapura ini,setelah itu baru kita membahas tentang sejarah islam di singapura ini yang tak kalah menarik nya dari negara-negara lain.
Singapura
adalah negara kota yang kecil dengan luas 620 Km.
Bahasa resmi dari Singapura adalah bahasa Inggris. Singapura berdiri pada
tanggal 9 Agustus 1965 atau keluar dari
Negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham “Secular Moderen” dimana
pemerintah bersikap netral terhadap semua agama dan ras. Karna
itulah Singapura memiliki penduduk dari berbagai ras dan
penganut berbagai agama. Singapura
adalah sebuah Negara Republik dengan system pemerintahan parlementer. Dalam UUD
Negara ini terdiri dari Eksekutuf, Legislatif dan Yudikatif. Presiden adalah
sebagai kepala Negara, tetapi tidak memiliki kekuatan politik. Sedangkan
perdana Menteri adalah pemimpin cabinet dan adminitrasi pemerintahan sehingga
otomatis kekuatan politik di pegang penuh oleh perdana Mentri.
Memiliki
penduduk dari berbagai ras dan penganut berbagai agama. Penduduknya berjumlah
4.425.720 jiwa. Hampir 77 persen warga singapura adalah China, dengan minoritas
suku Melayu, yaitu 14 persen dari seluruh total. Berikutnya di susul oleh India,
Pakistan dan Arab. Penduduk muslimnya hanya berjumlah 15% dari jumlah seluruh
penduduk, yang mana 13,9 % diantara memeluk Islam itu adalah etnis Melayu, dan
lainnya berasal dari Pakistan, India, dan Arab. Sisanya terdiri dari 61%
penganut Budha, Taoism, dan Kong Hu Cu, 14,6% Kristen, 4% Hindu, dan lain-lain
sisanya. Sebagian besar etnis Melayu menganut mazhab Sunni, muslim yang berasal
dari timur tenggah dan Afrika menganut mazhab Maliki, Muslim India dan Turki
menganut mazhab Hanafi, sementara Muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hanbali.
Bicara tentang sejarah islam di singapura ini juga tidak kalah menarik nya dari negara-negara lain.
Singapura
dikelilingi oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia, Singapura
selalu sensitif dalam mengelola hubungan etnis dan agamanya. Pemerintahan
memperlihatkan reputasi yang sangat baik dalam pemerintahan. Singapura adalah
sebuah masyarakat yang kaya, dan berfungsi sebagai tranportasi utama dan
offshore-finance hub bagi Asia Tenggara.
Dalam
perjalanan sejarahnya, Sejarah islam di Singapura menjadi satu diantara pusat Islam paling
penting di Asia Tenggara. Hal itu disebabkan oleh keunggulan sebagai pintu
masuk bagi perdagangan Internasional antara Eropa, Timur Tengah, Australia dan
Timur Jauh. Selain sebagai transit perdagangan, posisinya yang strategis juga
telah memungkinkannya menjadi pusat Informasi dan komunikasi dakwah Islam, baik
pada masa kesultanan Malaka, masa kolonial, sampai pada awal abad ke 20. Dengan
demikian jelas lah bahwa Singapura memiliki peranan penting dalam penyebaran
islam dalam Asia Tenggara. Peran pentinting tersebut berlahan–lahan berakhir
ketika kekuasaan kolonial semakin kokoh, dan terus berlanjut, ketika pada
akhirnya Singapura memisahkan diri dari negara federasi Malaysia dan menjadi
negara repoblik yang merdeka pada tahun 1965, umat islam menjadi minoritas,
selanjutnya komonitas Muslim yang sebagian besar besar adalah bangsa melayu
menepati kelas dua di bawah etnis China.
2.
Fase Awal Islam di Singapura
Sejauh
sejarah yang di dapat, Singapura telah dihuni pada masa prasejarah. Pada tahun
1100-an Singgapura telah d jadikan kota pelabuhan dan pada tahun 1200-1300
pelabuhan Singapura telah menjadi pusat perdagangan. Sebelum menjadi Singapura,
wilayah tersebut lebih di kenal dengan nama “Tumasik” (Jawa) atau “Tumasek” (China)
yang berarti kota pantai.
Menurut
sejarahnya, nama Singapur baru di perkenalan oleh Sang Nila Utama yang bergelar
Sri Tan Buana yang sedang berlayar dan terdampar di tumasik. Ditempat baru
tersebur Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh yang mirip dengan Singa.
Hal ini diyakini sebagai tanda baik, sehingga Sri Tan Buana serta rombongannya
menetap dan membangun wilayah tersebut, dan menamai wilayah Tumasik dengan
“Singapura”. Istilah tersebut diambil dari bahasa sangsakerta : singa, berarti
singa binatang buas, dan Pura yang berarti : kota. Dengan demikian, Singgapura berarti
kota Singa.
Mengenai kapan
islam masuk ke Singapura sulit di jelaskan karna dahulunya kita tau bahwa Singapura
ini adalah bagian dari Malaysia. juga tidak ditemukan data otentik yang
dapat dijadikan acuan.
Pada akhir abad
ke-13 wilayah Singapura menjadi wilayah kekuasaan Malaka. Hal ini berawal
ketika singapura dikuasai oleh raja Paramesara penguasa baru Tumasik ini
dikemudian hari diserang oleh armada Maja Pahit, dan terdesak ke Malaka, pada
saat itu Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan yang penting di kawasan
ini, bahkan dapat di sebut sebagai pusat perdagangan di Asia. Olah karenanya
Malaka juga berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam di Asia Tanggara.
Pada
abad ke-15 pedagang muslim menjadi unsur penting dalam perdagangan wilayah
Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa dari para pedagang yang berdagang kesana mareka menetap dan bahkan menikahi wanita-wanita yang
ada di sana, sehingga terjadilah sebuah keluarga yang berkembang makin waktu
kewaktu terus berkembang. Ada juga dari para pedagang Arab yang membawa istri dan anak-anaknya
tinggal bermukim di sana. Bagi yang belum membawa keluarga setelah dapat ongkos
mereka baru membawa keluarganya. Orang Arab
yang berdagang ke sana memamfaatkan keuntungngan mereka dengan berbuat amal
kebaikan, membangun mesjid, membantu houspital, serta menganjurkan pertemuan
pada tanggal penting islam. Lama kelamaan mereka membentuk
komonitas sendiri.
Dalam
komonitas ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat
tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian
dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800-an kampung Glam, dan
kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini guru-guru dan
imam mereka sangat berpengaruh, terutama dalam mempraktekkan agama dan
upacara-upacara sosial keagamaan. Dengan demikian guru-guru dan imam sngat
penting pernannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada manyarakat muslim
Singapura. Muslim Singapura pada masa awal mamakaiMazhab Syafi’i dan berfaham
teologi Asy’ariyah.
3. Islam
Fase Kolonialisme
Pada
tahun 1511 Malaka jatuh ditangan Portugis yang diikuti oleh kemunduran para
sultan Malaka ke Selat Johor merupakan awal kemunduran dan kehancuran wilayah
Singapura. Selama 130 tahun kolonialisasi Portugis di Malaka yang tercatat
sekjak tahun 1511, kebijakan kolonial tampak cenderung mencegah penyebaran
Islam dan menghambat perkembangan dagang Muslim. Meskipun demikian, portugis
gagal dalam masalah ini, terutama karena Melayu Muslim terus-terusan berupaya
melawan kolonialisasi Portugis. Perlawanan yang gencar inilah yang menyebabkan
Belanda ketika mengalahkan Portugis pada tahun 1641 mentolerir kekuasaan para
penguasa Melayu tradisional yang pada saat itu terpecah akkibat persaingan
antar negeri.
Selanjutnya,
Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris. Pendudukan inggris di Singapura
tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian di anggkat sebagai
bapak pendiri Singapura. Raffles berhasil menjadikan Singapura sebagai
pelabuhan bebas dan pasar Internasional di Asia Tenggara. Kota ini juga
menjelma sebagai kota transit jalur pergdagangan antara India dengan China,
serta menjadi pintu masuk bagi kawasan Asia Tenggara.
Dalam
merebut Singapura dan merawat daerah jajahannya yang masih muda ini, Raffles
banyak d bantu oleh kolonel Wiliiam Farquhar, yang menjabat sebagai Residen
Malaka sejak 1803-1818. Pada tanggal 29 Januari 1819, Raflles dan Farquhar
mendarat si Muara Sungai Singapura dan bertemu dengan tumenggung Abdurrahman,
untuk menandatangani perundingan. Pada tangga l 6 Februari 1819, Tumenggung dan
Sultan Husein dari Johor telah menandatangani sebuah persetujuan pendirian
basis dagang bagi East India Company.
Perjanjian berikutnya ditandatangani pada tahun 1824, yang berisi pernyataan
bahwa East India Company dan pewarisnya memiliki hak yang kekal atas Singapura
dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singaputa.
Demikian
lah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang berdampak sangat besar
bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi perjalanan Islam dalam
Masyarakat Melayu. Apa yang dimulai tidakhanya dengan campur tangan tak
langsung, akan tetapi juga mengarah pada bentuk investasi lebih langsung ke
wilayah-wilayah yang secara tradisionan merupakan domain (wilayah kekuasaan)
sultan-sultan Melayu termasuk Islam. Kendatipun kebijakan inggris lebih
simpatik-bils dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan Belanda-namun peranan
mereka tidak hanya sekedar memberikan nasihat, akan tetapi nasehat tersebut
harus dilaksanakan.
Sejauh
menyangkut perkembangan Islam di Singapura, beberapa kebijakan Inggris
berdampak cukup besar terhadap islam. Diantaranya adalah kebijakan Inggris
tentang masyarakat Pluralis (majemuk). Karena kepentingan-kepentingan Inggris
terhadap wilayah jajahan baru tersebut, khususnya dalam pengadaan tenaga kerja,
makadikeluarkan kebijakan ‘pintu terbuka’. Artinya demi kelancaran ekonomi
Singapura, kolonial mendatangkan sejumblah tenaga kerja dari Cina dan India.
Kebijakan tersebut menyebabkan pluralitas masyarakat yang terdiri dari bukan
saja etnis melayu, tetapi juga etnis Cina dan India yang tidak terintegrasi ke
dalam mainstream (arus utama)
lingkungan pribumi. Sebagai akibatnya, orang Cina, India dan Melayu membiarkan
diri mereka berada di kantong-kantong etnis mereka sendiri., seperti tempat
tinggal, jenis pekerjaan, jenis pendidikan maupun agama. Imigrasi besar-besaran
terutama keturunan Cina yang didukung oleh Inggris telah membantu eksploitasi
ekonomi dinegeri itu. Satu hal yang perlu dicatat disini adalah bahwa selain
imigrasi dari etnis Cina dan India, pihak colonial juga membawa para misionaris
Kristen dari Inggris yang berupaya untuk menarik minat kaum pribumi masuk
kedalam agama Kristen.
Imigrasi
yang tidak dibatasi ini selain membawa dampak pada aspek ekonomi juga membawa
dampak pada aspek politik. Bangsa Melayu Muslim yang semula menjadi mayoritas
di Singgapura sekitar tahun 1830-an akibat imigrasi besar-besaran telah menjadi
minoritas. Dampak lebih jauh adalah semakin minimnya elite Muslim yang
berkuasa. Ini menyebabkan posisi tawar menawar kaum muslim terhadap pemerintah
menjadi lemah.
Pada
abat ke-19 di kalangan komonitas Islam di Singapura juga terdapat kelompok
pendatang yang berasal dari jawa, sumatera, sulawesi, dan bawean serta kelompok
imigran yang berasal dari luar seperti Muslim India, dan keturunan Arab
khususnya Hadramaut (Sharon Shiddiq, 1988: 389)
Kedatang
imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan
Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di selat Malaka.
Mudahnya terjadi imigrasi besar-besaran seperti ini bisa di fahami. Karena
sebelum kemerdekaan hubungan antara masyarakat dari berbagai belahan dunia
sangat cair (fluid). Secara
demografis sangat mudah sekali terjadi perpindahan penduduk dari suatu wilayah
ke wilayah lainya, atau sekedar berkunjung dari satu kesultanan ke kesultanan
lainya. Hal ini mudah terjadi karena seseorang tidak harus direpotkan oleh
aturan-aturan kewarganegaraan. Untuks konteks Singapura abad ke-19 hal ini
telah menjadikan Singapura selain sebagai sentra ekonomi juga menjadikan
Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai
pusat informasi dakwah islam.
Komonikasi
yang terjalin antar tokoh Islam tersebar diberbagai wilayah seperti tokoh
tarekat, tokoh reformis atau modernis, menggunakan Singgapura sebagai kota
penghubung atau jembatan menuju beberapa daerah yang hendak dikunjungi. Fungsi
Singapura ini sebagai kota transit ini menemukan momentumnya takkala jumlah
haji semakin meningkat. Karena jumlah haji khususnya berasal dari kawasan Asia
Tenggara pergi dan kembali dari mekkah melalui Sinapura. Itulah sebabnya kota
mengapakota pelabukan ini menjadi pusat informasi bagi Syiar Islam. Kota ini
misalnya, memegang peran penting dalam penyebaran Tatekat Naqsabandiyah di
Sumatera.bukan tampa alasan jika Ismail Minangkabawi salah seorang tokoh
Tarekat Naqsabandiyah setelah kemnali dari Mekkah memilih Singapura sebagai
pangkalan aktivitasnya bukan tempat asalnya Simabur. Dengan demikian dapat
diambil pengertian bahwapada abad ke-19 Tareqat Naqsabandiyah telah berkembang
di Singapura dan bahkan menjadikan kota ini sebagai pusat komonikasi dan
kegiatannya.
Selain
Tarekat Naqsabandiah di Singapura juga berkembang Tarekat Muhammadiyah.
Pendidikan Shyeih Muhammad Suhaimi bin Abdullah memilih Singapura sebagai
tempat tinggalnya selama 40 tahun. Setelah beliau meninggal tarekat ini di
sebarkan oleh anak cucunya dan para hkhalifah yang telah dilantik oleh syeih
Suhaimi sendiri. Tarekat ini kemudian menjadi terkenal di tangan Ustad Ashari
bin Muhammad pendiri dan pemimpin darul Arqam. Sejauh menyangkut penyebaran
syiar islam, singapura juga berperan sebagai pusat informasi bagi kaum reformis.
Islam di Singapura juga disyarkan
oleh para ulama dari berbagai bangsa belahan Asia Tenggara dan benua
kecil India yang berdagang ke sana. Seperti Syaikh Ahmad Haminuddun
(Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh), syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed
Usman bin Yahya bin Akil (mufti Betawi), Syaikh HabibAli Habsi (Kwitang,
Jakarta), Syaikh Anwar Sribandung (Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho
(Padang Panjang) dan lain-lain.
4.
Komposisi Penduduk (Muslim) Singapura
Sampai Tahun 1990-an
Dalam pengertian persentase
etnis, penduduk Singapura relatif stabil semenjak pertengahan abad ke-19.
Perubahan demografik yang mengesankan terjadi pada awal
abad ke-19, ketika
penduduk Cina secara perlahan mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas
yang menonjol dibanding yang bersuku Melayu. Sejak tahun1891 jumlah penduduk
Cina Singapura adalah 67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain,
termasuk Eropa dan Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukan pada tahun 1990
menunjukkan keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 juta orang.
Komposisi penduduknya
terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu 14.1%, India 7.1 % dan warga
lainnya 1.1% (J.L. Esposito, 1995:76). Sementara itu kalau jumlah penduduk
dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah
sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%; Islam 15.3%; Kristen
12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique, 1995:1). Dilihat dari
komposisi keagamaan, etnis Melayu secara mayoritas merupakan pemeluk agama
Islam. Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam. Komposisi
penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600 orang. Dilihat dari segi
tingkat pendidikannya adalah: Pendidikan Non-Formal 15.1%; Pendidikan dasar
32.7%; Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 47.3%; Pendidikan Sekolah Menengah
Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi 1.4%.
Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan
Professional 9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru
Agama/Profesi Keagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan Nelayan
0.3%; Produksi dan Relasi 57% dan
lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-laki dan perempuan
adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (Sharon Siddique,
1995:4). Dalam dua puluh tahun, antara
tahun 1970 sampai tahun 1990, menurut Sharon Siddique, telah terjadi perubahan
yang dramatis atas Muslim-Melayu Singapura. Telah terjadi peningkatan, misalnya
dalam bidang pendidikan: untuk pendidikan tingkat menengah pertama dari 36.4% menjadi
47.3%; pada tingkat menengah atas dari 1.0% menjadi 3.5% dan pada pendidikan
tinggi dari 0.2% menjadi 1.4%. Dalam bidang pekerjaan, yang paling menarik
adalah menurunnya persentase dalam bidang pertanian (dari 5.3% menjadi 0.3%);
sales dan pelayan (dari 27% menjadi14.%), dan menaiknya secara tajam pada
bidang produksi (43% menjadi 57%). Pergeseran juga terjadi pada kemampuan
keahlian etnis Melayu untuk mengikuti perkembangan teknologi tinggi. Karena
upah yang lebih tinggi hanya mungkin diperoleh dengan tingkat keahlian dan
produktifitas yang tingi. Rata-rata pendapatan keluarga perbulan adalah S$
2,246 % (Sharon Siddique, 1995:4).
5.
Fase Islam di Negara Singapura
Kontenporer
Karena
kuatnya perbedaan politik, tahun 1965 Singgapura memisahkan diri dari Malaysia
dan menjadi negara repoblik yang merdeka dengan pemerintahan parlementer
seperti negara itu berhasil mendekati
pemerintah agar mengesahkan suatu Undang-Undang yang mengatur hukum peersonal
dan keluarga Islam. Tepatnya pada Agustus 1966, parlemen Singapura mengeluarkan
pengaturan pelaksanaan hukum Islam (Administrationof
Muslim Law Act) atau AMLA merupakan penggunaan hukum Islam. Namun demikian,
administrasi ini bukanlah hukum islam itu sendiri. Akta ini memberikan uang
Fleksible bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agam, dan pencatatan Perkawinan
Islam dalam menerapkan hukum Syari’at.
Untuk
mengatus administrasi hukum Islam itu, pada tahun 1968 dibentuk pula sebuah
badan yang dikenal dengan nama Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), sebagai
sebuah badan hukum untuk menjadi penasehat presiden singapura dalam hal-hal
yang berkaitan dengan agama Islam. MUIS yang didirikan dibawah ketentuan AMLA
antra lain berwenang untuk mengatur administrasi hukum Islam di Singapura,
seperti mengumpulkan zakat maal dan
zakat fitrah, pengaturan perjalanan ibadah haji, mengorganisir sekolah-sekolah
agama, mengelola masjid serta memfungsikan sebagai tempat untuk dakwah dan
kegiatan masyarakatmuslim lainya, serta memfungsikannya sebagai tempat untuk
dakwah dan kegiatan masyarakat muslim lainya, serta pemberian beasiswa bagi
pelajar Muslim. Di samping itu Majelis Ugama ini juga berwenang untuk
mengeluarkan fatwa.
Di
negara Singapura yang maju, masyarakat Muslim kebnyakan hidup dengan standar
ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan saudara senegaranya yang
non-Muslim. Pada tahun 1980 tercatat hanya 679 orang Melayu yang berprediket
sarjana.
Menyadari
kelemahan dan kekurangan pada bidang pendidikan formal agama Islam di satu
sisi, dan kebutuhan Muslim Singapura untuk meningkatkan standar hidup melalui
pendidikan di sisi lain, maka pada bulan agustus 1981, dibentuklah sebuah
Majelis Pendidikan Anak-Anak Islam (MENDAKI). MENDAKI menerima dukungan
dan bantuan keuangan dari pemerintah. Badan ini di tumbuhkan pada
tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen Melayu-islam untuk mengatasi
kemerosotan orang Melayu, seperti yang di perliatkan pada tahun 1980. dalam
tujuh tahun pertama, mendaki sangat perhatian terhadap soal pendidikan. Ia
mengadakan kelas bimbingan setiap menggu dan nasehat kepada pelajar dan
kkeluaga mereka. MENDAKI tidak perlu berjaya, kelembapannya kaadang-kadang
mejadi kritikan.
Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura,
untuk memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya dan
usaha. Dengan komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya atau yang punya
kekayaan untuk membantu saudaranya yang kurang mampu,komitmen dukungan
masyarakat terhadap rancangan MENDAKI, komitmen pemerintah sebagai bukti anda
mau bekerja sama mencapai aspirasi masyarakat anda.” Para peserta seminar dari
berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau. Mereka menyokong MENDAKI agar
meluaskan kegiatan serta menyususn semula rancangan-rancangannya dengaan
menawarkan lebih banyak program pedidikan. Di sampang mengajukan kegiatan
sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan orang melayu-islam dalam pendidikan
adalah di sebabkan oleh Mendaki. Program terkemuka adalah bimbingan pada akhir
minggu. Kelas-kelas utamanya semula pada Februari 1980 degnan 60 orang pelajar
kelas “A”, menghadiri kelas setiap hari Ahad di mesjid AL-Anshar di Chai Chee
dan mesjid Al-muttaqin di Ang Mo Kio.
MENDAKI mengendalikan lebih dari 10.000 orang pelajar di 14
pusat. Rata-rata berumaur sekitar sembilan hingga delapan belas tahun. Para
pelajar manghabiskan petang sabtu atau pagi ahad mendalami pelajaran yang di
peroleh dari sekolah. Ada juga program-program khusus, seperti kelas matematik
lanjutan dan kelas bahasa inggrais yang intensif untuk pelajar yang sederhana
kebolehannya. Dua lagi projek utama merupakan bagian dari strategi pengayaan
untuk semua MENDAKI, yaitu untuk pelajar pandai dan untuk pelajar yang
pencapaiannya di bawah standar.
Kegiatan lain MENDAKI adalahn kelas-kelas computer,
ceramah tentang orang tua yang baik, bengkel membaca, kemah-kemah cuti sekolah,
anugrah dan beayasiswa. Dia juga memberi pinjaman tampa angsuran. Bagi pihak
pemerintah, MENDAKI menguruskan subsidi iyuran pendidikan tinggi bagi orang
melayu, satu proyek yang membolehkan orang melayu yang membolehkan pendidikan
gratis di peringkat perguruan tinggi.
Proyek utama MENDAKI dalam bidang sosial dan kebajikan adalah
mendirikan pusat pelayanan keluaga dengan kerjasama persatuan pemudi islam
singapura (PPIS). Dalam bidang ekonomi, MENDAKI mencatat perkembangan besar
mmelalui amanah salam mendaki (ASM), sebuah tabung bagi masayarakat islam.
MENDAKI juga telah memasuki bidang memberi latihan kepada pekerja islam dan
kepada pekerja sama denga Lembaga Penghasil Negara (NPB) Untuk tujuan ini. Para penyokong MENDAKI sadar
bahwa banyak keberhasilan yang telah di capai. Yang lain juga merasa banyak
lagi yang boleh di lakukan. berawal perdebatan
ini, lahir sebuah badan yang hampirsama tujuannya yaitu angkatan kariawan islam
(AMP). Parapenggerak utamanya ialah sekumpualan kariawan islam yang muda bekas
pemimpin pelajar yang aktif takkala di universitas dulu. Setelah memantapkan
kerja dan keluarga masing-masing, mereka merasa masyarakat memerlukan komitmen
mereka.
Kerap di anggap pesaing MENDAKI, AMP dengan segera menyiapkan
pelbagai rancangan dari pada bersifat pendidikan kepada konseling untuk
keluarga serta individu dan program-program latihan bagi para pekerja. Pada
awal tahun 1994, AMP mendirikan pusat latihan untuk meningkatkan kemahiran
pekerja melayu islam. Dan kemajuan kemahiran pemerintah telah menyumbang lebih
$2 juta dalam usia ini. Dalam masa tiga tahun akan datang kira-kira 6,600 orang
pekerja islam akan menjalani latihan. AMP juga giat dalam usaha niaga, ia
mendirikan sarikat pemegangan untuk kegiatan perdagangan dan pembangunan di
rantau ini.
''SEMOGA BERMANFAAT BAGI KAWAN-KAWAN SEMUA ''
Penyebaran agama Islam
yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh Eropa, Amerika dan Asia,
tidak lepas dari peranan para saudagar yang melakukan perjalanan untuk
berdagang. Selain itu, mereka melakukan da'wah untuk menyebarkan agama
Islam dengan cara yang damai dan tidak bertentangan dengan kebudayaan
masing-masing daerah yang dituju tersebut. Karena ajarannya yang sangat
universal, Islam mudah di terima oleh hampir semua lapisan masyarakat.
Salah satu contoh yaitu terjadinya akulturasi antara Islam dan
kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia. Islam datang ke daerah Asia
Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab sekitar abad 7 Masehi. Tetapi
ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia
Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat India yaitu pada
abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa
oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang
menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat,
peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan
Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di
negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke
negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi
negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua
atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya
masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya.
Singapura dan Masuknya Islam
Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara.
Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada
tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah
kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang
menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura
menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun
1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura
lepas dari Malaysia.
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan
peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara
pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari
Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu
akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun
1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta
nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang
ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam
Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai
pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan
wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau
setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di
Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W.
Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of
Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun
1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami
kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez
pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim
Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah
dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan
Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.
Minoritas Umat Islam Singapura
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura
sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang
memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka
terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah
memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi
karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun
1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat
menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik
populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen
etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk
Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada
1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam
sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000
India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan
penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan
universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim
dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata
nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan
seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi
di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim
Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim
menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian
kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional.
Gerakan Keislaman di Singapura
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya
gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru
Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The
Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang
mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam.
Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah
mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi
ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu,
organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf
(Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan
mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982.
Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara
swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP)
yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam
pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks
berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan
kultular dan agamanya.
Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura
adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal
dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah
Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah
Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied
Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong
Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan
kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil
yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar
seribu jama'ah se tahunnya.
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner
berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada
indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun
Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim
World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia,
Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha
mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk
mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan
sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat
keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang
mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat
bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau
madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan
untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan
dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan
diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan
perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita
ambil hikmahnya.
Model Pendidikan Islam di Singapura
Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat
diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase
awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di
Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia
Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para
ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh
Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh
Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi
(Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa
Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang
Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di
Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern.
System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem
persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.
Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini
Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis
Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai
mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di
Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini,
sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak.
Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga
azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam
di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk
keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk
keseluruhan).
Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai
muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan
India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan
pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan
kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan
zaman.
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya
sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk
madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid
diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga
terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM
Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan
kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak
jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan
lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan
Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan
kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam
(sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem
pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah,
madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah
Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak
Tanjong Al-Islamiah.
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga
14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan
non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di
setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta
sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi
fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri
bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi,
terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam
untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam
baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk
perguruan tingginya hingga kini belum ada.
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman.
Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid.
Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan
buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan
di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki
ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah
pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu
potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti
berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura
mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat
ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal
dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Perkembangan Islam di
Singapura
RATIH AYUNING CHINTYA/S/EA
Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh
Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang
melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan
da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak
bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju
tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima
oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya
akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia.
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab
sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat
India yaitu pada
abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa
oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang
menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat,
peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan
Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di
negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke
negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi
negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua
atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya
masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya.
Singapura dan Masuknya Islam
Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara.
Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada
tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah
kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang
menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura
menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun
1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura
lepas dari Malaysia.
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan
peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara
pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari
Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu
akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun
1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta
nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang
ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam
Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai
pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan
wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau
setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di
Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W.
Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of
Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun
1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami
kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez
pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim
Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah
dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan
Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.
Minoritas Umat Islam Singapura
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura
sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang
memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka
terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah
memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi
karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun
1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat
menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik
populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen
etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk
Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada
1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam
sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000
India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan
penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan
universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim
dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata
nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan
seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi
di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim
Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim
menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian
kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional.
Gerakan Keislaman di Singapura
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya
gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru
Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The
Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang
mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam.
Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah
mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi
ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu,
organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf
(Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan
mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982.
Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara
swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP)
yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam
pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks
berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan
kultular dan agamanya.
Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura
adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal
dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah
Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah
Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied
Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong
Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan
kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil
yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar
seribu jama'ah se tahunnya.
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner
berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada
indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun
Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim
World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia,
Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha
mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk
mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan
sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat
keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang
mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat
bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau
madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan
untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan
dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan
diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan
perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita
ambil hikmahnya.
Model Pendidikan Islam di Singapura
Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat
diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase
awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di
Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia
Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para
ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh
Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh
Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi
(Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa
Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang
Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di
Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern.
System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem
persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.
Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini
Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis
Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai
mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di
Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini,
sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak.
Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga
azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam
di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk
keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk
keseluruhan).
Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai
muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan
India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan
pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan
kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan
zaman.
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya
sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk
madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid
diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga
terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM
Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan
kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak
jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan
lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan
Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan
kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam
(sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem
pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah,
madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah
Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak
Tanjong Al-Islamiah.
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga
14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan
non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di
setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta
sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi
fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri
bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi,
terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam
untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam
baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk
perguruan tingginya hingga kini belum ada.
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman.
Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid.
Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan
buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan
di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki
ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah
pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu
potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti
berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura
mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat
ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal
dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Perkembangan Islam di
Singapura
RATIH AYUNING CHINTYA/S/EA
Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh
Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang
melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan
da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak
bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju
tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima
oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya
akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia.
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab
sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat
India yaitu pada
abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa
oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang
menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat,
peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan
Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di
negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke
negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi
negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua
atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya
masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya.
Singapura dan Masuknya Islam
Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara.
Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada
tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah
kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang
menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura
menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun
1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura
lepas dari Malaysia.
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan
peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara
pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari
Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu
akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun
1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta
nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang
ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam
Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai
pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan
wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau
setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di
Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W.
Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of
Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun
1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami
kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez
pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim
Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah
dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan
Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.
Minoritas Umat Islam Singapura
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura
sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang
memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka
terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah
memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi
karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun
1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat
menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik
populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen
etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk
Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada
1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam
sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000
India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan
penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan
universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim
dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata
nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan
seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi
di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim
Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim
menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian
kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional.
Gerakan Keislaman di Singapura
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya
gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru
Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The
Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang
mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam.
Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah
mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi
ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu,
organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf
(Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan
mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982.
Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara
swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP)
yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam
pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks
berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan
kultular dan agamanya.
Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura
adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal
dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah
Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah
Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied
Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong
Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan
kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil
yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar
seribu jama'ah se tahunnya.
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner
berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada
indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun
Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim
World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia,
Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha
mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk
mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan
sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat
keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang
mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat
bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau
madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan
untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan
dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan
diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan
perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita
ambil hikmahnya.
Model Pendidikan Islam di Singapura
Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat
diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase
awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di
Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia
Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para
ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh
Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh
Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi
(Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa
Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang
Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di
Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern.
System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem
persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.
Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini
Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis
Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai
mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di
Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini,
sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak.
Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga
azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam
di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk
keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk
keseluruhan).
Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai
muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan
India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan
pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan
kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan
zaman.
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya
sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk
madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid
diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga
terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM
Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan
kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak
jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan
lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan
Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan
kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam
(sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem
pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah,
madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah
Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak
Tanjong Al-Islamiah.
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga
14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan
non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di
setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta
sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi
fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri
bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi,
terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam
untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam
baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk
perguruan tingginya hingga kini belum ada.
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman.
Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid.
Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan
buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan
di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki
ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah
pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu
potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti
berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura
mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat
ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal
dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Perkembangan Islam di
Singapura
RATIH AYUNING CHINTYA/S/EA
Penyebaran agama Islam yang dimulai dari jazirah Arab hingga menyentuh
Eropa, Amerika dan Asia, tidak lepas dari peranan para saudagar yang
melakukan perjalanan untuk berdagang. Selain itu, mereka melakukan
da'wah untuk menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai dan tidak
bertentangan dengan kebudayaan masing-masing daerah yang dituju
tersebut. Karena ajarannya yang sangat universal, Islam mudah di terima
oleh hampir semua lapisan masyarakat. Salah satu contoh yaitu terjadinya
akulturasi antara Islam dan kebudayaan Jawa yang ada di Indonesia.
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh para pedagang Arab
sekitar abad 7 Masehi. Tetapi ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
Islam datang ke daerah Asia Tenggara di bawa oleh orang-orang Gujarat
India yaitu pada
abad ke 17 Masehi. Pendapat lain mengatakan kedatangan Islam dibawa
oleh orang-orang Persia pada abad ke 13 Masehi. Banyak bukti-bukti yang
menunjukkan persamaan antara keduanya, yaitu adanya tarekat-tarekat,
peringatan 10 Syuro dan cara membaca Al-Quran.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara khususnya di negara Indonesia dan
Malaysia, menghasilkan dampak positif bagi Islam yang ada di
negara-negara sekitarnya. Thailand, Singapura, Fhilipina sampai ke
negara Myanmar pun mendapat pengaruh dari keduanya. Akan tetapi
negara-negara yang mendapat pengaruh tersebut masih menjadi kelas dua
atau minoritas. Singapura sebagai salah satu negara yang umat muslimnya
masih sedikit, mulai menunjukkan semangat ke islamanya.
Singapura dan Masuknya Islam
Singapura merupakan sebuah negara terkecil di kawasan Asia Tenggara.
Didirikan dan dibangun pertama kalinya oleh Sir Stamford Raffles pada
tahun 1819 untuk dijadikan benteng dan pelabuhan militer di bawah
kekuasaan Inggris. Pada Perang Dunia II sekitar tahun 1942, Jepang
menguasai daerah Asia Timur termasuk Singapura. Tahun 1959 Singapura
menjadi Negara merdeka dan bergabung dengan Federasi Malaysia pada tahun
1963. Akan tetapi berselang dua tahun kemudian yaitu 1965, Singapura
lepas dari Malaysia.
Kedatangan Islam ke Singapura tidak lepas dari datangnya Islam ke Asia
Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Banyak beberapa ahli dan
peneliti sejarah mengatakan bahwa Islam datang ke daerah Asia Tenggara
pada abad ke 7 dengan bukti adanya cerita dari Cina yang berasal dari
Zaman T-Ang. Adapula yang mengatakan pada abad ke 13 dengan bukti yaitu
akibat adanya keruntuhan dinasti Abbasiyah oleh bangsa Mogul pada tahun
1258, berita Marcopolo tahun 1292 dan Ibnu Battutah abad ke 14 serta
nisan-nisan kubur Sultan Malik as Saleh tahun 1292. Adapun Islam datang
ke Singapura, Sharon Siddique seorang peneliti perkembangan Islam
Singapura mengatakan bahwa kaum Muslim datang ke Singapura sebagai
pendatang. Akan tetapi warisan budaya dan agama mereka sama dengan
wilayah Melayu lainnya. Maka mereka dianggap lebih sebagai pribumi atau
setidaknnya migran asli atau paling awal. Pada masa kekuasaan Inggris di
Singapura, banyak kaum Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Robert W.
Hefner dalam bukunya yang bejudul Making Modern Muslim: The Politics of
Islamic Education in Southeast Asia, mengatakan bahwa Setelah tahun
1820, jamaah haji dari Singapura dan Malaya sedang mengalami
kebangkitan. Jumlah jemaah haji melonjak setelah pembukaan Terusan Suez
pada bulan November 1869. Pada tahun 1885, meskipun beberapa Muslim
Philiphina dan Kamboja belum mengadakan perjalanan ibadah haji, peziarah
dari Singapura, Malaya, Hindia Belanda yaitu Indonesia sekarang dan
Thailand Selatan melaksanakan haji dalam jumlah yang besar.
Minoritas Umat Islam Singapura
Populasi etnis Muslim yang didominasi orang Melayu di Singapura
sangatlah sedikit dibandingkan dengan etnis Cina. Ada dua faktor yang
memungkinkan terjadinya masyarakat Islam minoritas, Pertama, mereka
terbentuk akibat migrasi ke negara-negara dan kawasan yang telah
memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh. Kedua, terjadi
karena perubahan dan perkembangan geografis dan politik. Pada tahun
1890 migrasi penduduk Cina mencapai 95.400 jiwa per tahun dan meningkat
menjadi 190.000 jiwa pada tahun 1895. Adapun dalam catatan statistik
populasi Singapura pada tahun 1970, 1980 dan 1990 persentase komponen
etnis berkisar 77% Cina, 14% Melayu, 7% india, dan 2% etnis lain.
Pada sensus yang diadakan tahun 1980 menunjukkan jumlah penduduk
Singapura 2.414.000 orang, diantaranya 400.000 orang adalah Muslim. Pada
1982, jumlah Muslim dapat diperkirakan 420.000 atau 17% penduduk. Dalam
sensus 1980, dari 400.000 Muslim, sekitar 360.000 adalah Melayu, 34.000
India, 6.000 Cina dan dari lain-lain asal.
Umat Muslim di Singapura kurang maju dibandingkan dengan golongan
penduduk lain di semua bidang. Di Bidang Pendidikan, jumlah lulusan
universitas hanya 2,5% dari jumlah seluruh lulusan. Persentase Muslim
dalam profesi dan jabatan tinggi juga sangat rendah dari rata-rata
nasional mereka. Namun, pemerintah biasanya mempunyai satu utusan
seorang Muslim dalam kabinet. Sebagian Muslim mempunyai kedudukan tinggi
di bidang hukum dan universitas. Adapun secara ekonomi, Muslim
Singapura berada di antara yang paling miskin. Pemuda-pemuda Muslim
menghadapi banyak kesulitan dalam mencari pekerjaan. Hanya sebagian
kecil diantara mereka yang dipanggil untuk dinas militer nasional.
Gerakan Keislaman di Singapura
Munculnya semangat keislaman di singapura, tidak luput dari adanya
gerakan yang didirikan oleh umat Muslim dan peranan pemerintah baru
Singapura. Hal itu ditunjukkan dengan membentuk Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS) dengan berdasarkan akta Pentadbiran Hukum Islam (The
Administration of Muslim Law Act) pada tanggal 17 Agustus 1966 oleh
parlemen Singapura. MUIS merupakan badan resmi Islam di Singapura yang
mengurus masalah keagamaan dan masyarakat Islam.
Sebelum MUIS didirikan, pada tahun 1932 umat Muslim Singapura telah
mendirikan sebuah organisasi yaitu Masyarakat Dakwah Muslim. Organisasi
ini mendirikan Pusat Islam King Faisal Memorial Hall. Selain itu,
organisasi ini juga mengadakan klinik pengobatan dan pusat hukum.
Organisasi Muslim penting lainnya adalah Masyarakat Muslim Mualaf
(Dar-ul-Arqam) yang merupakan organisasi dakwah utama di Singapura dan
mengurus serta membawa Islam lebih dari 8.000 orang sejak tahun 1982.
Pada Oktober 1991 didirikan sebuah lembaga yang dikembangkan secara
swadaya oleh masyarakat, yaitu Association of Muslim Profesional (AMP)
yang mencita-citakan munculnya modal masyarakat minoritas Muslim dalam
pengembangan diri secara dinamis dan penuh percaya diri dalam konteks
berwarga Negara Singapura yang tetap berpegang teguh kepada warisan
kultular dan agamanya.
Selain lembaga dan organisasi, munculnya semangat keislaman di Singapura
adalah didirikannya sekolah yang berbasiskan Islam atau biasa dikenal
dengan madrasah. Sampai saat ini di Singapura terdapat 6 buah madrasah
Islam di Singapura, diantaranya madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah
Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied
Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong
Al-Islamiah. Selain itu di Singapura juga benar-benar memberikan
kebebasan gerak literatur Islam dalam bahasa Inggris, Melayu dan Tamil
yaitu bahasa Muslim India dan kebebasan pergi untuk berhaji, sekitar
seribu jama'ah se tahunnya.
Seorang guru besar The Australian National University yaitu A.C Milner
berpendapat mengenai Singapura, bahwa di Negara tersebut ada
indikasi-indikasi "jiwa Syariat" di kalangan Muslim Singapura. Adapun
Richard C. Martin dalam bukunya Enclycopedia of Islam and the Muslim
World, mengatakan perbedaan dasar yang dapat ditarik antara Indonesia,
Malaysia dan Singapura yaitu adanya gerakan reformis yang berusaha
mentranformasikan budaya dan masyarakat dan mereka yang berusaha untuk
mempekerjakan proses politik untuk mendirikan sebuah Negara Islam.
Islam di Singapura yang masih merupakan etnis minoritas dengan
sejarah dan perjuangannya yang panjang, mampu membangkitkan semangat
keislaman mereka dengan berbagai organisasi dan gerakan-gerakan yang
mereka dirikan. Jumlah jamaah haji pertahun meningkat, populasi umat
bertambah, sarana dan prasarana dibangun, sekolah-sekolah Islam atau
madrasah ditingkatkan dan banyak lagi yang lainnya. Semua ditujukan
untuk kemajuan dan semangat umat Muslim di tengah-tengah keminoritasan
dalam berwarga negara, meskipun masih kurang dalam berbagai aspek dan
diplat sebagai masyarakat kelas dua. Semangat, kemauan, kegigihan dan
perjuangan mereka sebagai yang minoritas patut kita contoh dan kita
ambil hikmahnya.
Model Pendidikan Islam di Singapura
Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat
diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada fase
awal kedatangan Islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di
Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia
Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para
ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh
Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh
Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi
(Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa
Husain (Purba Baru Tapanuli), Syeikh Muhammad Jamil Jaho (Padang
Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di
Singapura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern.
System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan sistem
persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia.
Kondisi Pendidikan Masyarakat Islam di Singapura Saat Ini
Saat Negara Singapura termasuk ketat dan cukup keras kepada para aktivis
Islam. Mereka tak segan-segan mendeportasi mahasiswa Islam yang dinilai
mempunyai komitmen terhadap perkembangan dakwah. Aktivitas keislaman di
Singapura pun otomatis tidak banyak. Dengan perkembangan seperti ini,
sepertinya Islam di negeri Singa ini tak bisa berkembang terlalu banyak.
Namun bukan berarti orang-orang Islam di sana pun berdiam diri. Hingga
azan bisa berkumandang di Singapura. Perkembangan Islam itu terus
menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Hingga kini, pemeluk Islam
di Singapura tercatat sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk
keseluruhan (sekitar 650 ribu orang dari 3,5 juta jumlah penduduk
keseluruhan).
Jumlah demikian menempatkan muslim Singapura, atau lebih dikenal sebagai
muslim Melayu, pada urutan kedua setelah etnis Cina 77 persen, dan
India 8 persen. Di tengah sistem kehidupan sekuler yang diterapkan
pemerintah setempat, muslim Singapura terus berpacu meningkatkan
kualitas diri, agar mampu berkompetisi dengan lajunya kemajuan dan
zaman.
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya
sendiri. Tidak lagi di ambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk
madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid
diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga
terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. Madrasah, masjid, dan
LSM
Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan
kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak
jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan
lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO). Lembaga pendidikan
Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan
kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam
(sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), sistem
pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
umum. Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah,
madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah
Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak
Tanjong Al-Islamiah.
Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga
14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan
non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di
setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta
sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi
fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri
bagi pengembangan pendidikan modern. Murid dibiasakan dengan teknologi,
terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam
untuk aplikasi dan pemberdayaan internet. Sayangnya, pendidikan Islam
baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk
perguruan tingginya hingga kini belum ada.
Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman.
Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid.
Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan
buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan
di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki
ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern.
Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah
pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu
potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti
berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim.
Menyadari hal ini, pemerintah dan tokoh-tokoh Islam di Singapura
mengadakan berbagai upaya peningkatan berbagai aspek, sehingga pada saat
ini masyarakat muslim Singapura sudah banyak yang berpendidikan formal
dan bahkan ada pula yang mendapatkan gelar Ph.D
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Nama saya Rahma Henny dari Ajman di Dubai UAE, saya adalah korban penipuan di tangan pemberi pinjaman, saya ditipu $ 3.000 karena saya membutuhkan pinjaman $ 90.000 untuk modal usaha dan hutang. Saya frustrasi saya tidak punya tempat untuk pergi, dan bisnis saya hancur dalam proses.
ReplyDeleteItu semua terjadi pada bulan Maret 2019, sampai saya bertemu orang-orang daring yang bersaksi tentang pemberi pinjaman nyata Mrs. GRACE ALEXANDER jadi saya mengajukan pertanyaan dan dia memperkenalkan saya kepada seorang ibu GRACE yang baik yang akhirnya membantu saya mendapatkan pinjaman tanpa jaminan $ 90.000 dengan suku bunga rendah. di perusahaan pinjaman GRACE ALEXANDER.
Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Ny. Grace, semoga Tuhan terus memberkati Anda, Ibu Grace atas kejujuran dan perbuatan baik Anda.
Jika Anda membutuhkan pinjaman atau pinjaman tanpa jaminan, segera hubungi ibu Grace dengan mengirim email ke (gracealexanderloancompany@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui rahmahenny45@gmail.com
Nama saya Rahma Henny dari Ajman di Dubai UAE, saya adalah korban penipuan di tangan pemberi pinjaman, saya ditipu $ 3.000 karena saya membutuhkan pinjaman $ 90.000 untuk modal usaha dan hutang. Saya frustrasi saya tidak punya tempat untuk pergi, dan bisnis saya hancur dalam proses.
ReplyDeleteItu semua terjadi pada bulan Maret 2019, sampai saya bertemu orang-orang daring yang bersaksi tentang pemberi pinjaman nyata Mrs. GRACE ALEXANDER jadi saya mengajukan pertanyaan dan dia memperkenalkan saya kepada seorang ibu GRACE yang baik yang akhirnya membantu saya mendapatkan pinjaman tanpa jaminan $ 90.000 dengan suku bunga rendah. di perusahaan pinjaman GRACE ALEXANDER.
Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih kepada Ny. Grace, semoga Tuhan terus memberkati Anda, Ibu Grace atas kejujuran dan perbuatan baik Anda.
Jika Anda membutuhkan pinjaman atau pinjaman tanpa jaminan, segera hubungi ibu Grace dengan mengirim email ke (gracealexanderloancompany@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui rahmahenny45@gmail.com
Mantab gan
ReplyDelete