Sejarah Masuknya Islam di Thailand dan Perkembangannya
Kedudukan
umat Islam di berbagai Negara di Asia Tenggara ini bermacam-macam. Di
Indonesia, Malaysia, dan Brunei, umat Islam adalah sebagai mayoritas,
sedangkan di Thailand, Singapura, dan Filiphina, mereka berada dalam
minoritas. Agama yang dipeluk oleh kebanyakan rakyat Thailand adalah
Budhisme.
Pembahasan
ini akan dimulai dari sejarah masuknya Islam ke wilayah thailand ini serta proses
Islamisasi yang ada. Kemudian kondisi pemerintahan yang ada di Thailand,
pendidikan dan kehiduapan keberagamaan yang dihadapi oleh bangsa thailand ini.
A. Sejarah Masuknya Islam dan perkembangan islam di thailand
Diperkirakan
para penyebar Agama Islam yang paling banyak datang ke Nusantara
diperkirakan sekitar tahun seribu empat ratusan masehi atau secara
berturut datang setelah itu hingga keabad lima belas dan enam belasan.
Dan diduga bahwa penyebar-penyebar tersebut adalah keturunan bani
Abbasyiah.
Adapun
pendapat lain mengatakan bahwa Islam diperkirakan datang ke negara
Thailand sekitar pada abad ke-10 atau 11 melalui jalur perdagangan. Yang
mana penyebaran Islam ini dilakukan oleh para guru sufi dan pedagang
yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Pendapat lain ada yang mengatakan Islam masum ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.
Salah
satu bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu
nisan yang bertuliskan Arab di dekat Kampung Teluk Cik Munah, Pekan
Pahang yang bertepatan pada tahun 1028 M.
Dahulu, ketika Kerajaan Samudera Pasai ditaklukkan oleh kerajaan Siam (Thailand), banyak orang-orang Islam yang ditawan, yang mana ketika itu Raja Zainal Abidin lah salah satu tawanan kerajaan Siam yang kemudian
di bawa ke Thailand. Para tawanan itu akan dibebaskan apabila telah
membayar uang tebusan. Kemudian para tawanan yang telah bebas itu ada
yang kembali ke Indonesia dan ada pula yang menetap di Thailand dan menyebarkan agama Islam di wilayah Thailand Selatan yangberbatasan langsung dengan Malaysia.
Pada
tahap pertama Islam diwarnai da’wahnya dengan Tasawuf dan Mistik
setidaknya sampai pada abad ke-17. Hal ini karena dirasa paling cocok
dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi oleh
asketisme Hindu-Budha dan sinkretisme kepercayaan local dan tarekat
cenderung lebih toleran dengan tradisi semacam itu. Sehingga
ditemukan bahwa terdapat nama-nama ulama sufi terkenal sebagai penyebar
Islam, diantaranya adalah Syiekh Syafiuddin Ahmad Ad Dajjani
Al-Qusyasyi, beliau adalah seorang keturunan Abbas bin Abdul Muthalib
(paman Nabi Muhammad s.a.w). diceritakan juga bahwa ada dua orang yang
sezaman/bersahabat karib yang sama-sama menjalankan aktivitas dakwah
Syeikh Syafiuddin di Pattani.banyak
yang menduga bahwa baliaulah yang pertama mengislamkan Pattani,
barangkali anggapan ini adalah satu kekeliruan karena Pattani memeluk
Islam jauh lebih awal dari kedatangan beliau ke Pattani, bahkan Pattani
dianggap tampat yang telah lama menerima Islam tak ubahnya seperti di
Aceh juga.
B. Kondisi Pemerintahan di Thailand
Pada
tahun 2004 bertepatan pada bulan April, pada masa kepekimpinan Thaksin
Shinawarta, insiden berdarah telah terjadi sehingga mengakibatkan 30
pemuda muslim tewas di masjid Kru Se. peristiwa keji terjadi yang kedua
kalinya pada bulan oktober 2004 yang mengakibatkan 175 tahanan pejuang
Muslim Takbai meninggal dunia, akibat dijejalkan militer Thailand dalam
sebuah truk dengan kondisi tangan di belakang. pada
perkembangan Muslim Pattani antara 2004 hingga Mei 2007. Periode ini
sangat urgen tidak hanya karena banyaknya korban dalam kurun waktu ini,
setidaknya 2000 korban meninggal.Sehingga
di penghujung tahun 2008, Thailand ingin memiliki Perdana Menteri baru
yang diharapkan dapat membawa angin perubahan. Dengan rezim barunya
harus berjuang keras mencari alternative dalam menangani masalah konflik
Thailand Selatan.
Rupanya
perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) menjadi model upaya perdamaian
dan rekonsiliasi di Thailand Selatan. Identitas lokal di Thailand
Selatan lebih dekat dengan Kelantan dan Kedah, Malaysia. Masyarakat
secara tradisional lebih memilih menggunakan bahasa Melayu dibandingkan
bahasa Thai yang digalakkan oleh pemerintah pusat sebagai bahasa resmi
negara. Keterpaksaan ini dirasakan masyarakat Melayu Muslim di Thailand
Selatan selama puluhan tahun.
Penggunakan
bahasa Thai diwajibkan oleh pemerintah, baik itu di kantor kerajaan,
pemerintah, sekolah dan media. Dan ternyata strategi pemerintah Thailand
memang membuahkan hasil. Dalam waktu sekitar 50 tahun, banyak generasi
muda Melayu Muslim lebih suka berbahasa Thai dibandingkan bahasa Melayu,
baik di sekolah maupun dalam pergaulan sehari-hari. Tetapi mereka
’dipaksa’ keluarga untuk berbicara dalam bahasa Melayu ketika mereka
berkumpul dilingkungan keluarga.
C. Kehidupan Keberagamaan
Ummat
Islam di Thailand tidak seberuntung seperti Ummat Islam di Malaysia
yang mana hampir semua sarana da’wah seperti masjid-masjid disediakan
oleh pemerintah Malaysia. Demikian pula dengan Imam, Khotib, Bilal, dan
pengurus-pengurus masjid digaji langsung oleh pemerintah. Sarana media
seperti TV maupun radio di Malaysia diberikan waktu tiap malam untuk
da’wah Islam.
kawasan
Thailand bagian selatan yang merupakan basis masyarakat melayu-muslim
adalah daerah konflik agama dan persengketaan wilayah dengan latar
belakang ras dan agama yang berkepanjangan. Konflik Thailand selatan
terjadi sejak diserahkannya wilayah utara Melayu oleh pemerintah
colonial Inggris kepada kerajaan Siam. Saat itu dibuatlah Traktat
Anglo-Siam yang menabut hak-hak dan martabat Muslim Pattani. Akibatnya,
muncul aksi-aksi perlawanan dan ditanggap pemerintah pusat sebagai
separatisme, hingga diberlakukan darurat militer di wilayah tersebut.
Di
beberapa kota pelabuhan, Islam bukanlah agama bagi komunitas
perkampungan melainkan agama para individu yang mobil yang menyatu dalam
jaringan asosiasi internasional. Dari Singapura pembaharuan Islam
menyebar ke seluruh Asia Tenggara melalui perdagangan, haji, dan melalui
gerakan pelajar, guru dan sufi.
Sudah
pada tempatnya dunia Islam segera meyampaikan appeal kepada pemerintah
supaya elindng, menyelamatkan Ummat Islam dan memberikan persamaan hak
di segala bidang kepada mereka, termasuk hak-hak untuk beribadah dan
melaksanakan ajaran-ajaran Islam, hak yang sama dengan hak-hak yang
dmiliki penduduk yang beragama Budha.
D. Pendidikan di Thailand
Pendidikan yang digalakkan oleh pemerintah Kerajaan Thailand tergolong bersifat deskriminatif terhadap Islam. Pada tahun 1923
M, beberapa Madrasah Islam yang dianggap ekstrim ditutup, dalam
sekolah-sekolah Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan
pendidikan etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran Budha. Pada
saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu
bernafaskan Budha dan kepada guru harus menyembah dengan sembah Budha.
Kementrian pendidikan memutar balik sejarah, dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang pemerintahan shah di Siam dan menjatuhkan raja.Dampak
yang menonjol dari perkembangan yang berorientasi ke dalam hal ini.
Misalnya, pada tahun 1966, sekitar 60% anak-anak di Pattani tidak dapat
berbicara bahasa nasional. Hal itu berkaitan dengan banyaknya orang tua
Muslim yang lebih senang mengirimkan anak-anaknya ke sekolah agama
Strategi yang perlu dibangun masyarakat muslim di Thailand Selatan pada saat ini adalah memajukan pendidikan, mendukung pembangunan nasional, dan menjaga stabilitas local.
Namun, sampai saat inipun masyarakat muslim Pattani Thailand menghadapi
diskriminasi komplek dan teror yang berlarut-larut. Sehingga kehidupan
sosial maupun politik menjadi sangat terbatas. Akhirnya pemerintah
Thailand juga belum mampu memberi pendidikan merata terhadap kaum
muslim. Tekanan berbasis keamanan selalu mengancam mereka. Kesenjangan
ini menurunkan nasionalisme mesyarakat di luar mayoritas Thai-Budha.
E. Muslim Thailand Sebagai Minoritas
Perlulah
kita membatasi definisi atau pengertian tentang minoritas muslim,
karena terdapat sejumlah pertimbangan dalam masalah ini, dengan
pengertian bahwa Negara yang jumlah penduduk kaum musliminnya lebih dari
setengah jumlah penduduk, itu tergolong Negara Islam.
Akan tetapi apabila jumlah kaum musliminnya kurang dari setengah jumlah
penduduk, maka digolongkan (minoritas) masuk ke dalam Negara yang bukan
Islam.
Negara
bukan Islam yang berjulukan Negara Gajah Putih, tercatat minoritas kaum
Muslim yang berjumlah sekitar 5% atau 1,5 juta jiwa dari penduduk
Thailand, Mayoritas Muslim tinggal di wilayah selatan khususnya Pattani,
Yala, dan marathiwat. Mereka kerap terdiskriminasi dalam segala sektor
kehidupan. Pada saat ini mayoritas penduduk Thailand yang beragama Budha
sekitar 80%. Daerah-dareh tersebut awalnya merupakan bagian dari sebuah
kerajaan Melayu Islam Pattani Darusalam.Daerah
yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa
kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat, diantara kesultanan
yang terbesar adalah Patani. Thailand sebelumnya bernama Siam yang kemudian pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan Muangthai.
Derita
yang dialami masyarakat muslim di Thailand Selatan yang sebagai
minoritas ini adalah akibat dari pembatasan ruang gerak mereka untuk
memperoleh hak-haknya dalam bidang ekonomi, politik, dan keagamaan. Juga
karena problematika klasik yang telah berlangsung lama yang menyalahi
keyakinan dan nilai-nilai keislamannya. Minoritas
ini menuntut pemisahan diri dan kemerdekaan seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya, bahwa perdamaian Aceh (Gerakan Aceh Merdeka)
menjadi model upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Thailand Selatan.
Dalam tatanan sosial, muslimin Thailand mendapatkan julukan yang kurang enak untuk didengar. Yaitu Kheik atau
khaek yang berarti orang luar, yang secara harfiah berarti pendatang
atau orang yang datang menumpang. Dalam bahasa Thai, istilah ini juga
selama berabad-abad sudah dikenal untuk menyebut kaum pendatang berkulit
hitam dari daerah Melayu dan Asia Selatan, orang-orang Thai-Islam
menolak sebutan ini dan menyatakan bahwa kedatangan mereka (khususnya di
kawasan Thailand Selatan), jauh lebih awal daripada kedatangan
orang-orang Budha Thailand. Hingga istilah Thai-Islam dibuat pada 1940-an. Akan tetapi istilah ini menimblkan kontradiksi karena istilah Thai merupakan sinonim dari kata Budhasedangkan Islam identik
dengan kaum muslim melayu pada waktu itu. Jadi bagaimana mungkin
seseorang menjadi budha dan muslim pada satu waktu? Maka dari itu kaum
muslim melayu lebih suka dipanggil Malay-Islam.
F. Penutup
Rupanya upaya kodifikasi sejarah umat Islam telah mengalami distorsi, baik pada masa lalu maupun sekarang. Telah
lama kita mengaharapkan tulisan tentang sejarah Islam khususnya di
wilayah Nusantara dalam bentuk yang valit dan bersih dari penyimpangan.
Maka,
kewajiban kaum muslimin terhadap minoritas Islam adalah untuk tidak
melalaikan kewajiban terhadap apa yang dihadapi oleh para minoritas
muslim di Nusantara. Karena upaya memalingkan umat dan memerangai Islam
terjadi setiap hari dengan menggunakan sarana-sarana terbaru. Adalah
kewajiban kita memperhatikan terhadap urusan ini melalui:
2. Melaksanakan
semua cara untuk menguatkan hubungan dengan kaum minoritas ini serta
membantu mereka, sehingga kedudukan mereka menjadi kuat, mampu
menghadapi segala arus yang ada di hadapan mereka.
3. Menyediakan
sarana-sarana (baik materi maupun spiritual) dan menempuh seluruh jalan
kearah itu. Karena ini adalah perkara yang tidak mungkin diraih hanya
dengan angan-angan atau sekedar menguvap janji-janji kosong
Demikian imformasi tenteng masuk nya islam di thailand serta perkembangan nya semoga bermanfaat bagi kawan-kawan..terimakasih.
Post a Comment